Khayalanku

Ketika fajar menyeringai dengan malu – malu akupun ikut tersenyum menyembulkan gingsulku yang kurasa manis. Memantau sekeliling dengan seksama mencari celah untuk bernapas dan bersenandung. Mengucapkan dengan pelan membangunkan seorang yang terindah di depan mata. Ketika tangan mungil ini hendak menyentuh kulitnya, berdesir dengan keras aliran darah hingga ke pernapasan sesak. Ku hela napas dan kuberanikan diri menyebutnya.

Sejenak terdiam sendiri. Serasa alam mulai mengantuk tapi masih membuka matanya untukku. Ku coba telusuri mencari sesuatu yang akan menopangku tuk berdiri sementara hingga dayaku pulih. Ketika semua indra tak berfungsi, seketika itu jiwa ini mencari kebebasan diluaran sana. Dengan gayaku yang sok lugu, atau entah gimana menyebalkan tp imut...

Helaan napas panjang mengiringiku mencari sebuah cahaya kehidupan di dalam jelaga. Redup hampir gelap. Atau gelap sekali hingga pupil mata ini membesar. Udara hilang seketika ketika segerombolan malaikat pencabut nyawa berpakaian putih menghampiriku berbondong – bondong seakan berebut untuk menghentikan langkah ini.

Aku tersadar ketika otak ini bekerja rodi terlalu keras dan semakin keras hingga kilatan dan letupan api keluar dari telingaku. Air terjun indah tercipta ketika ku melihat dua matahari menantang wajah ini. Matahari yang indah dan menyakitkan serta penuh arti dan kesalahan besar. Sebuah perjalanan dosa dan kematian akan dimulai ketika jari – jemari merapat menjadi 20 lipatan.

Ketika ku dapat pecahan sebuah keindahan yang tak ternilai. Aku tersenyum ingin mengabadikan sesosok wajah itu. Itu bentuk wajahkah? Atau itu hanya ilusinasikau sementara. Aku tertegun hampir terjaga dan aku tersadar tapi ku terlelap.