Ramah Tamah.. ...




Assalamu'alaikum :) .... selamat datang di BLOGnya Prihase Kartika Sari....... Kunjungi terus yya,,,n ikuti perkembangannya :D .. ...

Rabu, 21 Januari 2015

AGAMA DAN MASYARAKAT

3. AGAMA DAN MASYARAKAT
1. Fungsi Agama
a)      Fungsi Agama dalam Masyarakat
Agama dalam arti sempit merupakan seperangkat kepercayaan, peraturan etika, amal ibadah, penyembahan terhadap tuhan atau dewa-dewa. Sedangkan Agama dalam arti luas adalah suatu kepercayaan atau seperangkat nilai yang menimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok tertentu kepada sesuatu yang mereka percayai. Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Hendro Puspito, fungsi agama antara lain  adalah sebagai berikut.
1.    Edukatif (pengajaran)
2.    Penyelamatan
3.    Pengawasan sosial
4.    Memupuk persaudaraan dan transformatif atau tidak tetap.
Fungsi agama bagi para sosiolog berbeda satu sama lain antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Sebagai pemujaan masyarakat (Durkheim)
2.    Sebagai idiologi (Marx)
3.    Sebagai sumber perubahan social (Weber).
Fungsi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Metta Spencer dan Alex Inkles antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Fungsi dukungan
2.    Fungsi kependekatan
3.    Fungsi control social
4.    Fungsi kenabian
5.    Fungsi identitas
          Fungsi agama dalam masyarakat jika dikaji dari sudut pandang sosiologis menurut E.K. Nottingham bahwa secara empris, agama dapat berfungsi dalam masyarakat antara lain sebagai
1.    Faktor yang mengintregasikan (menyatukan) masyarakat
2.    Faktor yang mengdisintregasikan masyarakat
3.    Faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai sosial
4.    Faktor yang bisa memainkan peran yang bersifat kreatif, inovatif bahkan bersifat revolusioner.
          Fungsi agama ditinjau dari kajian sosiologis, ada dua macam. Pertama disebut fungsi manifest, dan yang kedua fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari yang bisanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama. Sedangkan fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi, yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
1.    Fungsi Edukatif
Ajaran agama yang dianut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masig-masing.
2.    Fungsi Penyelamat
Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamaan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan kepada penganutnya melalui pengenalan memalui masalah syakral, berupa keimana kepada Tuhan. Pelaksanaan pengenalan kepada unsur (zat supranatural) tertujuan agar dapat berkomunikasi dengan baik secara langsung maupun dengan perantara, antaranya; mempersatukan diri dengan Tuhan (Pantheisme), pembebasan dan pensucian diri (penebusan dosa) dan kelahiran kembali (reinkarnasi).
3.    Fungsi sebagai Pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya, apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian, atau pun penebusan dosa.
4.    Fungsi sebagai Sosial Control (pengawasan siosial)
Ajaran agama oleh penganutnya dinggap sebagai norma sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok karena; pertama, agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara dogatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).
5.    Fungsi sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas (kesetiakawanan)
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan; iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.
6.    Fungsi Transformatif (berubah-ubah)
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelumnya.
7.    Fungsi Kreatif (kemampuan menciptakan sesuatu yang baru)
Ajaran agama menolong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi penemu baru.
8.    Fungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niatan yang tulus, karena untuk Allah merupakan ibadah. Agama yang berlaku atas masyarakat bagaikan obat bius (agama meringankan penderitaan) namun tidak menghlangkan kondisi-kondisi yang menimbulkan penderitaan itu.
Oleh karena itu, agama semata-mata menenangkan orang, memungkinkan mereka untuk menerima kondisi-kondisi sosial di mana mereka hidup dengan harapan akan adanya suatu kehidupan di kemudian hari di mana semua penderitaan dan kesengsaraan akan lenyap untuk selama-lamanya. Agama semata-mata meredakan penderitaan manusiaa tetapi tidak menghilangkan basisnya, maka agama memungkinkan orang untuk terus menerima dunia ini sebagaimana ada dan tidak berusaha untuk merubahnya.

b)      Sebutkan Diensi Komitmen Agama 
Dimensi komitmen agama berdasarkan cara beragamanya antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2.    Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3.    Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4.    Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari sesembahannya misal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Menurut Roland Robertson (1984), dimensi komitmen agama adalah sebagai berikut.
1.    Dimensi Ritual
Dimensi ritual dapat menjelaskan komitmen keagamaan melalui tingkah laku yang diharapkan akan muncul pada diri manusia yang menyatakan keyakinan mereka pada agama yang mereka anut.
2.    Dimensi Keyakinan
Dimensi keyakinan atau yang biasa disebut doktrin merupakan dimensi yang paling mendasar dari agama karena menjelaskan seberapa besar manusia memegang kepercayaan terhadap agama yang dianut dan menerima hal-hal yang teologis yang ada didalam agama mereka.
3.    Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan adalah dimensi yang menjelaskan tentang seberapa jauh seseorang mengenal dan menegtahui hal-hal mengenai agama yang mereka yakini seperti latar belakang ajaran agama tersebut.
4.    Dimensi Perasaan
Dimensi perasaan menjelaskan tentang dunia mental dan emosional seseorang dan keinginan untuk mempercayai suatu agama serta takut bila tak menjadi orang yang beragama.
5.    Dimensi Konsekuensi
Dimensi konsekuensi menjelaskan tentang tingkah laku seseorang, tetapi berbeda dengan dimensi ritual karena tingkah laku yang dimaksud adalah hal-hal yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari dan muncul akibat motivasi dari agama mereka.

2. Pelembagaaan Agama
a)      Sebutkan 3 tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat
1.    Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama, yaitu dengan keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
2.    Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu.
3.    Masyarakat-masyarakat industri sekular.
Masyarakat industri mencirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek dalam kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan-kebiasaan agama peranannya sedikit.

b)      Jelaskan Tentang Perkembangan Agama
Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Agama begitu universal, permanan, dan mengatur dalam kehidupan sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama. Contohnya adalah MUI.

3.Agama , Konflik, dan Masyarakat
a)      Berikan Contoh-Contoh Konflik Agama dalam Masyarakat dan Berikan Solusi Untuk Mennanggapi Konflik Tersebut.
1.    Tahun 1996, 5 gereja dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo, karena adanya konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman dalam masyarakat.
2.    Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebu, dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
3.    Perbedaan pendapat antar kelompok-kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
4.    Perbedaan penetapan tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing-masing umat.

Solusinya yaitu diadakannya mufakat untuk mencapai keputusan bersama. Sertaperlu ditingkatkan lagi pendidikan iman dan taqwa kepada para pelajaragar mereka mengerti. Ketika ada suatu masalah tidak main hakim sendiri tetapi di rundingkan secara kekeluargaan.

http://vandyaprillyan.blogspot.com/2012/11/agama-dan-masyarakat.html
http://hana-torizawa.blogspot.com/2012/01/konflik-agama.html
http://alexanderapriando.blogspot.com/2012/01/agama-dan-masyarakat.html

Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Kemiskinan

A. ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN
1. Ilmu Pengetahuan
       a)      Pengertian Ilmu Pengetahuan
Ada keseragaman pendapat di kalangan ilmuwan bahwa ilmu itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dengan pangkal tumpuan tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/logis, empiris, umum, dan akumulatif.

Menurut Aristoteles: pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi; menurut Decartes: ilmu pengetahuan merupakan serba budi; Bacon dan David Home: ilmu pengetahuan merupakan pengalaman indera dan batin; Immanuel Kent: Pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan menurut teori Phyroo: mengatakan tidak ada kepastian dalam pengetahuan.

Dari berbagai macam pandangan diatas diperoleh teori-teori kebenaran pengetahuan:

1.    Teori yang bertitik tolah adanya hubungan dalil à teori ini menjelaskan dimana pengetahuan dianggap benar apabila dalil (proposisi) itu mempunyai hubungan dengan dalil yang terdahulu.

2.    Pengetahuan benar apabila ada kesesuaian dengan kenyataan.

3.    Pengetahuan benar apabila mempunyai konsekuensi praktis dalam diri yang mempunyai pengetahuan itu.

Banyaknya teori dan pendapat tentang pengetahuan dan kebenaran mengakibatkan suatu definisi ilmu pengetahuan mengalami kesulitan, walaupun dikalangan ilmuwan sudah ada keseragaman pendapat, namun masih terperangkap dalam tautologis (pengulangan tanpa membuat kejelasan) dan Pleonasme/mubazir saja. Pembentukan ilmu akan berhadapan dengan objek yang merupakan bahan dalam penelitian, meliputi:
a.  Objek Material

Sebagai bahan yang menjadi tujuan penelitian bulat dan utuh

b.  Objek Formal

Sudut pandangan yang mengarah kepada persoalan yang menjadi pusat perhatian

Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan yang dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk sistemasi, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berfikir analitis, sintesis, induktif, dan deduktif yang berujuk pada pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencarai berbagai hal yang merupakan pengingkaran.

b)      Sebutkan 4 Hal Sikap yang Ilmiah
1.      Tidak ada perasaan yang bersifat pamrih sehingga mencapai pengetahuan ilmiah yang objektif.

2.      Selektif, artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi supaya didukung oleh fakta atau gejala, dan mengadakan pemilihan terhadap hipotesis yang ada.

3.      Kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah maupun terhadap alat indera dan budi yang digunakan untuk mencapai ilmu.

4.      Merasa pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah mencapai kepastian, namun masih terbuka untuk dibuktikan kembali.

2. Teknologi
      a)      Pengertian Teknologi
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.

Penggunaan istilah 'teknologi' (bahasa Inggris: technology) telah berubah secara signifikan lebih dari 200 tahun terakhir. Sebelum abad ke-20, istilah ini tidaklah lazim dalam bahasa Inggris, dan biasanya merujuk pada penggambaran atau pengkajian seni terapan.[1] Istilah ini seringkali dihubungkan dengan pendidikan teknik, seperti di Institut Teknologi Massachusetts (didirikan pada tahun 1861).[2] Istilah technology mulai menonjol pada abad ke-20 seiring dengan bergulirnya Revolusi Industri Kedua. Pengertian technology berubah pada permulaan abad ke-20 ketika para ilmuwan sosial Amerika, dimulai oleh Thorstein Veblen, menerjemahkan gagasan-gagasan dari konsep Jerman, Technik, menjadi technology. Dalam bahasa Jerman dan bahasa-bahasa Eropa lainnya, perbedaan hadir di antara Technik dan Technologie yang saat itu justru nihil dalam bahasa Inggris, karena kedua-dua istilah itu biasa diterjemahkan sebagai technology.

b)      Ciri-Ciri Fenomena Teknik dalam Masyarakat
1.  Rasionalitas, artinya tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional.

2.  Artifisialitas, artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah.

3.  Otomatisme, artinya dalam hal metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan teknis.

4.  Teknis berkembang pada suatu kebudayaan.

5.  Monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung.

6.  Universalisme, artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai kebuadayaan.

7.  Otonomi, artinya teknik berkembang menurut prinsip sendiri.

      c)      Ciri-Ciri Teknologi Barat
1.  Serba intensif dalam segala hal, seperti modal, organisasi, tenaga kerja dll. Sehingga lebih akrab dengan kaum elit daripada dengan buruh itu sendiri.

2.  Dalam struktur sosial, teknologi barat bersifat melestarikan sifat kebergantungan.

3.  Kosmologi atau pandangan teknologi Barat adlaah menganggap dirinya sebagai pusat yang lain feriferi, waktu berkaitan dengan kemanjuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam.

      d)     Pengertian Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar perhatiannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Ilmu dapatlah dipandang sebagai produk, sebagai proses, dan sebagai paradigma etika (Jujun S. Suriasumantri, 1984). Ilmu dipandang sebagai proses karena ilmu merupakan hasil dari kegiatan sosial, yang berusaha memahami alam, manusia dan perilakunya baik secara individu atau kelompok. Apa yang dihasilkan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini, merupakan hasil penalaran (rasio) secara objektif. Ilmu sebagai produk artinya ilmu diperoleh dari hasil metode keilmuwan  yang diakui secara umum dan universal sifatnya. Oleh karena itu ilmu dapat diuji kebenarannya, sehingga tidak mustahil suatu teori yang sudah mapan suatu saat dapat ditumbangkan oleh teori lain. Ilmu sebagai ilmu, karena ilmu selain universal, komunal, juga alat meyakinkan sekaligus dapat skeptis, tidak begitu saja mudah menerima kebenaran.

Istilah ilmu diatas, berbeda dengan istilah pengetahuan. Ilmu adalah diperoleh melalui kegiatan metode ilmiah (epistemologi) yang merupakan pembahasan bagaimana mendapatkan pengetahuan. Epistemologi ilmu terjamin dalam kegiatan metode ilmiah (èkegiatan meyusun tubuh pengetahuan yang bersifat logis, penjabaran hipotesis dengan deduksi dan verifikasi atau menguji kebenarannya secara faktual; sehingga kegiatannya disingkat menjadi logis-hipotesis-verifikasi atau deduksi-hipotesis-verifikasi).

Sedangkan pengetahuan adalah pikiran atau pemahaman diluar atau tanpa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa hasil pengalaman berdasarkan akal sehat (common sense) yang disertasi mencoba-coba, intuisi (pengetahuan yang diperoleh tanpa pembalaran) dan wahyu (merupakan pengetahuan yang diberikan Tuhan kepada para Nabi atau UtusanNya).

3. Kemiskinan
      a)      Pengertian Kemiskinan
Kemiskinan
adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasarseperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkanoleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dankomparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagimemahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang,perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalamarti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanandasar.
Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk  keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.Hal ini termasuk  pendidikan dan informasi.Keterkucilan sosial biasanyadibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik  dan ekonomi di seluruh dunia.

   b)      Ciri-Ciri Manusia yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan
Mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
·         Tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dan lain-lain.
·         Tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha.
·         Tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD.
·         Kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas.
·         Banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan.
    c)      Fungsi Kemiskinan
·         Pertama, kemiskinan menyediakan tenaga kerja untuk pekerjaan-pekerjaan kotor, tak terhormat, berat, berbahaya, namun dibayar murah. Orang miskin dibutuhkan untuk membersihkan got-got yang mampet, membuang sampah, menaiki gedung tinggi, bekerja di pertambangan yang tanahnya mudah runtuh, jaga malam. Bayangkan apa yang terjadi bila orang miskin tidak ada. Sampah bertumpuk, rumah dan pekarangan kotor, pembangunan terbengkalai, banyak kegiatan ekonomi yang melibatkan pekerjaan kotor dan berbahaya yang memerlukan kehadiran orang miskin.

·         Kedua, kemiskinan memperpanjang nilai-guna barang atau jasa. Baju bekas yang tak layak pakai dapat dijual (diinfakkan) kepada orang miskin, termasuk buah-buahhan yang hampir busuk, sayuran yang tidak laku, Semuanya menjadi bermanfaat (atau dimanfaatkan) untuk orang-orang miskin.

·         Ketiga, kemiskinan mensubsidi berbagai kegiatan ekonomi yang menguntungkan orang-orang kaya. Pegawai-pegawai kecil, karena dibayar murah, mengurangi biaya produksi dan akibatnya melipatgandakan keuntungan. Petani tidak boleh menaikkan harga beras mereka untuk mensubsidi orang-orang kota.

·         Keempat, kemiskinan menyediakan lapangan kerja. Karena ada orang miskin, lahirlah pekerjaan tukang kredit, aktivis-aktivis LSM yang menyalurkan dana dari badan-badan internasional, dan yang pasti berbagai kegiatan yang dikelola oleh departemen sosial. Tidak ada komoditas yang paling laku dijual oleh Negara Dunia Ketiga di pasar internasional selain kemiskinan.

·         Kelima, memperteguh status sosial orang kaya. Perhatikan jasa orang miskin pada perilaku orang-orang kaya baru. Sopir yang menemaninya memberikan label bos kepadanya.Nyonya-nyonya dapat menunjukan kekuasaannya dengan memerintah inem-inem mengurus rumah tangganya.

·         Keenam, bermanfaat untuk jadi tumbal pembangunan. Supaya tidak menganggu ketertiban dan keindahan kota, pedagang kakilima bila mengganggu lalu lintas ditertibkan (ditangkap, dagangannya diambil, dan kerugiannnya tidak diganti).