3. AGAMA DAN MASYARAKAT
1. Fungsi Agama
a) Fungsi
Agama dalam Masyarakat
Agama dalam arti sempit merupakan
seperangkat kepercayaan, peraturan etika, amal ibadah, penyembahan terhadap
tuhan atau dewa-dewa. Sedangkan Agama dalam arti luas adalah suatu kepercayaan
atau seperangkat nilai yang menimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok
tertentu kepada sesuatu yang mereka percayai. Masalah agama tidak akan mungkin
dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata
diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Hendro Puspito, fungsi agama
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Edukatif (pengajaran)
2. Penyelamatan
3. Pengawasan sosial
4. Memupuk persaudaraan dan transformatif atau
tidak tetap.
Fungsi agama bagi para sosiolog
berbeda satu sama lain antara lain adalah sebagai berikut.
1. Sebagai pemujaan masyarakat (Durkheim)
2. Sebagai idiologi (Marx)
3. Sebagai sumber perubahan social (Weber).
Fungsi yang lebih lengkap
dikemukakan oleh Metta Spencer dan Alex Inkles antara lain adalah sebagai
berikut.
1. Fungsi dukungan
2. Fungsi kependekatan
3. Fungsi control social
4. Fungsi kenabian
5. Fungsi identitas
Fungsi agama dalam masyarakat jika
dikaji dari sudut pandang sosiologis menurut E.K. Nottingham bahwa secara
empris, agama dapat berfungsi dalam masyarakat antara lain sebagai
1. Faktor yang mengintregasikan (menyatukan)
masyarakat
2. Faktor yang mengdisintregasikan masyarakat
3. Faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai
sosial
4. Faktor yang bisa memainkan peran yang
bersifat kreatif, inovatif bahkan bersifat revolusioner.
Fungsi agama ditinjau dari kajian
sosiologis, ada dua macam. Pertama disebut fungsi manifest, dan yang kedua
fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari yang bisanya
merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama. Sedangkan
fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi, yang kurang disadari oleh
pelaku-pelaku ajaran agama. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat
antara lain sebagai berikut.
1. Fungsi Edukatif
Ajaran agama yang dianut memberikan
ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi
menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan mempunyai latar
belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan
terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masig-masing.
2. Fungsi Penyelamat
Keselamatan yang diberikan oleh
agama kepada penganutnya adalah keselamaan yang meliputi dua alam yaitu dunia
dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan kepada
penganutnya melalui pengenalan memalui masalah syakral, berupa keimana kepada
Tuhan. Pelaksanaan pengenalan kepada unsur (zat supranatural) tertujuan agar
dapat berkomunikasi dengan baik secara langsung maupun dengan perantara,
antaranya; mempersatukan diri dengan Tuhan (Pantheisme), pembebasan dan pensucian
diri (penebusan dosa) dan kelahiran kembali (reinkarnasi).
3. Fungsi sebagai Pendamaian
Melalui agama seseorang yang
bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama.
Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya,
apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian,
atau pun penebusan dosa.
4. Fungsi sebagai Sosial Control (pengawasan
siosial)
Ajaran agama oleh penganutnya
dinggap sebagai norma sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai
pengawasan sosial secara individu maupun kelompok karena; pertama, agama secara
instansi, merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara dogatis
(ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).
5. Fungsi sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas
(kesetiakawanan)
Para penganut agama yang sama
secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan; iman dan
kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok
maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang
kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa
kebangsaan.
6. Fungsi Transformatif (berubah-ubah)
Ajaran agama dapat mengubah
kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru diterimanya berdasarkan
ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada
adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelumnya.
7. Fungsi Kreatif (kemampuan menciptakan
sesuatu yang baru)
Ajaran agama menolong dan mengajak
para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya
sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja
disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga
dituntut untuk melakukan inovasi penemu baru.
8. Fungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala
usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang
bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan
norma-norma agama, bila dilakukan atas niatan yang tulus, karena untuk Allah
merupakan ibadah. Agama yang berlaku atas masyarakat bagaikan obat bius (agama
meringankan penderitaan) namun tidak menghlangkan kondisi-kondisi yang menimbulkan
penderitaan itu.
Oleh karena itu, agama semata-mata
menenangkan orang, memungkinkan mereka untuk menerima kondisi-kondisi sosial di
mana mereka hidup dengan harapan akan adanya suatu kehidupan di kemudian hari
di mana semua penderitaan dan kesengsaraan akan lenyap untuk selama-lamanya.
Agama semata-mata meredakan penderitaan manusiaa tetapi tidak menghilangkan
basisnya, maka agama memungkinkan orang untuk terus menerima dunia ini
sebagaimana ada dan tidak berusaha untuk merubahnya.
b) Sebutkan
Diensi Komitmen Agama
Dimensi komitmen agama berdasarkan
cara beragamanya antara lain adalah sebagai berikut.
1. Tradisional, yaitu cara beragama berdasar
tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau
orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit
menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama,
bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal
keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan
formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya
mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh.
Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika
berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah
bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya
mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan
penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan
menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka
bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan
orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahulu, yaitu cara beragama
berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan
dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang
dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa
oleh utusan dari sesembahannya misal Nabi atau Rasul sebelum mereka
mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Menurut Roland Robertson (1984),
dimensi komitmen agama adalah sebagai berikut.
1. Dimensi Ritual
Dimensi ritual dapat menjelaskan
komitmen keagamaan melalui tingkah laku yang diharapkan akan muncul pada diri
manusia yang menyatakan keyakinan mereka pada agama yang mereka anut.
2. Dimensi Keyakinan
Dimensi keyakinan atau yang biasa
disebut doktrin merupakan dimensi yang paling mendasar dari agama karena
menjelaskan seberapa besar manusia memegang kepercayaan terhadap agama yang
dianut dan menerima hal-hal yang teologis yang ada didalam agama mereka.
3. Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan adalah dimensi
yang menjelaskan tentang seberapa jauh seseorang mengenal dan menegtahui
hal-hal mengenai agama yang mereka yakini seperti latar belakang ajaran agama
tersebut.
4. Dimensi Perasaan
Dimensi perasaan menjelaskan
tentang dunia mental dan emosional seseorang dan keinginan untuk mempercayai
suatu agama serta takut bila tak menjadi orang yang beragama.
5. Dimensi Konsekuensi
Dimensi konsekuensi menjelaskan
tentang tingkah laku seseorang, tetapi berbeda dengan dimensi ritual karena
tingkah laku yang dimaksud adalah hal-hal yang terjadi didalam kehidupan
sehari-hari dan muncul akibat motivasi dari agama mereka.
2. Pelembagaaan Agama
a)
Sebutkan 3 tipe Kaitan Agama dengan
Masyarakat
1. Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai
sakral.
Masyarakat
tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama
yang sama, yaitu dengan keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok
keagamaan adalah sama.
2. Masyarakat-masyarakat pra-industri yang
sedang berkembang.
Keadaan
masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi
daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai
dalam tipe masyarakat ini dan fase kehidupan sosial diisi dengan
upacara-upacara tertentu.
3. Masyarakat-masyarakat industri sekular.
Masyarakat
industri mencirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua
aspek dalam kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam
fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan
kemanusiaan itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai
konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat
semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi
dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular
semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak
terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama,
praktek agama, dan kebiasaan-kebiasaan agama peranannya sedikit.
b)
Jelaskan Tentang Perkembangan Agama
Pelembagaan
agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi
suatu kaum yang menganut agama. Agama begitu universal, permanan, dan mengatur
dalam kehidupan sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami
masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah apa dan
mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama.
Contohnya adalah MUI.
3.Agama , Konflik, dan Masyarakat
a)
Berikan Contoh-Contoh Konflik Agama dalam
Masyarakat dan Berikan Solusi Untuk Mennanggapi Konflik Tersebut.
1. Tahun 1996, 5 gereja dibakar oleh 10,000
massa di Situbondo, karena adanya konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman
dalam masyarakat.
2. Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi
Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat hanya karena
kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah seorang
mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak
ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator yang melempari
masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebu, dan bisa ditebak, akhirnya
meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh
masyarakat sekitar secara anarkis.
3. Perbedaan pendapat antar kelompok-kelompok
Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
4. Perbedaan penetapan tanggal hari Idul
Fitri, karena perbedaan cara pandang masing-masing umat.
Solusinya yaitu
diadakannya mufakat untuk mencapai keputusan bersama. Sertaperlu ditingkatkan
lagi pendidikan iman dan taqwa kepada para pelajaragar mereka mengerti. Ketika ada
suatu masalah tidak main hakim sendiri tetapi di rundingkan secara
kekeluargaan.
http://vandyaprillyan.blogspot.com/2012/11/agama-dan-masyarakat.html
http://hana-torizawa.blogspot.com/2012/01/konflik-agama.html
http://alexanderapriando.blogspot.com/2012/01/agama-dan-masyarakat.html