Ramah Tamah.. ...




Assalamu'alaikum :) .... selamat datang di BLOGnya Prihase Kartika Sari....... Kunjungi terus yya,,,n ikuti perkembangannya :D .. ...

Rabu, 21 Januari 2015

AGAMA DAN MASYARAKAT

3. AGAMA DAN MASYARAKAT
1. Fungsi Agama
a)      Fungsi Agama dalam Masyarakat
Agama dalam arti sempit merupakan seperangkat kepercayaan, peraturan etika, amal ibadah, penyembahan terhadap tuhan atau dewa-dewa. Sedangkan Agama dalam arti luas adalah suatu kepercayaan atau seperangkat nilai yang menimbulkan ketaatan pada seseorang atau kelompok tertentu kepada sesuatu yang mereka percayai. Masalah agama tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat, karena agama itu sendiri ternyata diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat. Menurut Hendro Puspito, fungsi agama antara lain  adalah sebagai berikut.
1.    Edukatif (pengajaran)
2.    Penyelamatan
3.    Pengawasan sosial
4.    Memupuk persaudaraan dan transformatif atau tidak tetap.
Fungsi agama bagi para sosiolog berbeda satu sama lain antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Sebagai pemujaan masyarakat (Durkheim)
2.    Sebagai idiologi (Marx)
3.    Sebagai sumber perubahan social (Weber).
Fungsi yang lebih lengkap dikemukakan oleh Metta Spencer dan Alex Inkles antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Fungsi dukungan
2.    Fungsi kependekatan
3.    Fungsi control social
4.    Fungsi kenabian
5.    Fungsi identitas
          Fungsi agama dalam masyarakat jika dikaji dari sudut pandang sosiologis menurut E.K. Nottingham bahwa secara empris, agama dapat berfungsi dalam masyarakat antara lain sebagai
1.    Faktor yang mengintregasikan (menyatukan) masyarakat
2.    Faktor yang mengdisintregasikan masyarakat
3.    Faktor yang bisa melestarikan nilai-nilai sosial
4.    Faktor yang bisa memainkan peran yang bersifat kreatif, inovatif bahkan bersifat revolusioner.
          Fungsi agama ditinjau dari kajian sosiologis, ada dua macam. Pertama disebut fungsi manifest, dan yang kedua fungsi latent. Fungsi manifest adalah fungsi yang disadari yang bisanya merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaku-pelaku ajaran agama. Sedangkan fungsi latent adalah fungsi yang tersembunyi, yang kurang disadari oleh pelaku-pelaku ajaran agama. Dalam prakteknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain sebagai berikut.
1.    Fungsi Edukatif
Ajaran agama yang dianut memberikan ajaran-ajaran yang harus dipatuhi. Ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh dan melarang. Kedua unsur suruhan dan larangan mempunyai latar belakang mengarahkan bimbingan agar pribadi penganutnya menjadi baik dan terbiasa dengan yang baik menurut ajaran agama masig-masing.
2.    Fungsi Penyelamat
Keselamatan yang diberikan oleh agama kepada penganutnya adalah keselamaan yang meliputi dua alam yaitu dunia dan akhirat. Dalam mencapai keselamatan itu agama mengajarkan kepada penganutnya melalui pengenalan memalui masalah syakral, berupa keimana kepada Tuhan. Pelaksanaan pengenalan kepada unsur (zat supranatural) tertujuan agar dapat berkomunikasi dengan baik secara langsung maupun dengan perantara, antaranya; mempersatukan diri dengan Tuhan (Pantheisme), pembebasan dan pensucian diri (penebusan dosa) dan kelahiran kembali (reinkarnasi).
3.    Fungsi sebagai Pendamaian
Melalui agama seseorang yang bersalah atau berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui tuntunan agama. Rasa berdosa dan rasa bersalah akan segera menjadi hilang dari batinnya, apabila seseorang pelanggar telah menebus dosanya melalui tobat, pensucian, atau pun penebusan dosa.
4.    Fungsi sebagai Sosial Control (pengawasan siosial)
Ajaran agama oleh penganutnya dinggap sebagai norma sehingga dalam hal ini agama dapat berfungsi sebagai pengawasan sosial secara individu maupun kelompok karena; pertama, agama secara instansi, merupakan norma bagi pengikutnya, kedua, agama secara dogatis (ajaran) mempunyai fungsi kritis yang bersifat profetis (wahyu, kenabian).
5.    Fungsi sebagai Pemupuk Rasa Solidaritas (kesetiakawanan)
Para penganut agama yang sama secara psikologis akan merasa memiliki kesamaan dalam satu kesatuan; iman dan kepercayaan. Rasa kesatuan ini akan membina rasa solidaritas dalam kelompok maupun perorangan, bahkan kadang-kadang dapat membina rasa persaudaraan yang kokoh. Pada beberapa agama rasa persaudaraan itu bahkan dapat mengalahkan rasa kebangsaan.
6.    Fungsi Transformatif (berubah-ubah)
Ajaran agama dapat mengubah kehidupan kepribadian seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kehidupan baru diterimanya berdasarkan ajaran agama yang dipeluknya itu kadangkala mampu mengubah kesetiaannya kepada adat atau norma kehidupan yang dianutnya sebelumnya.
7.    Fungsi Kreatif (kemampuan menciptakan sesuatu yang baru)
Ajaran agama menolong dan mengajak para penganutnya untuk bekerja produktif bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi juga untuk kepentingan orang lain. Penganut agama bukan saja disuruh bekerja secara rutin dalam pola hidup yang sama, akan tetapi juga dituntut untuk melakukan inovasi penemu baru.
8.    Fungsi Sublimatif
Ajaran agama mengkuduskan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agama ukhrawi, melainkan juga yang bersifat duniawi. Segala usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niatan yang tulus, karena untuk Allah merupakan ibadah. Agama yang berlaku atas masyarakat bagaikan obat bius (agama meringankan penderitaan) namun tidak menghlangkan kondisi-kondisi yang menimbulkan penderitaan itu.
Oleh karena itu, agama semata-mata menenangkan orang, memungkinkan mereka untuk menerima kondisi-kondisi sosial di mana mereka hidup dengan harapan akan adanya suatu kehidupan di kemudian hari di mana semua penderitaan dan kesengsaraan akan lenyap untuk selama-lamanya. Agama semata-mata meredakan penderitaan manusiaa tetapi tidak menghilangkan basisnya, maka agama memungkinkan orang untuk terus menerima dunia ini sebagaimana ada dan tidak berusaha untuk merubahnya.

b)      Sebutkan Diensi Komitmen Agama 
Dimensi komitmen agama berdasarkan cara beragamanya antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Tradisional, yaitu cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama, bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2.    Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya jika berpindah lingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi hanya mengenai hal-hal yang mudah dan nampak dalam lingkungan masyarakatnya.
3.    Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau formal, bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4.    Metode Pendahulu, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu mencari ilmu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusan dari sesembahannya misal Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua.
Menurut Roland Robertson (1984), dimensi komitmen agama adalah sebagai berikut.
1.    Dimensi Ritual
Dimensi ritual dapat menjelaskan komitmen keagamaan melalui tingkah laku yang diharapkan akan muncul pada diri manusia yang menyatakan keyakinan mereka pada agama yang mereka anut.
2.    Dimensi Keyakinan
Dimensi keyakinan atau yang biasa disebut doktrin merupakan dimensi yang paling mendasar dari agama karena menjelaskan seberapa besar manusia memegang kepercayaan terhadap agama yang dianut dan menerima hal-hal yang teologis yang ada didalam agama mereka.
3.    Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan adalah dimensi yang menjelaskan tentang seberapa jauh seseorang mengenal dan menegtahui hal-hal mengenai agama yang mereka yakini seperti latar belakang ajaran agama tersebut.
4.    Dimensi Perasaan
Dimensi perasaan menjelaskan tentang dunia mental dan emosional seseorang dan keinginan untuk mempercayai suatu agama serta takut bila tak menjadi orang yang beragama.
5.    Dimensi Konsekuensi
Dimensi konsekuensi menjelaskan tentang tingkah laku seseorang, tetapi berbeda dengan dimensi ritual karena tingkah laku yang dimaksud adalah hal-hal yang terjadi didalam kehidupan sehari-hari dan muncul akibat motivasi dari agama mereka.

2. Pelembagaaan Agama
a)      Sebutkan 3 tipe Kaitan Agama dengan Masyarakat
1.    Masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sakral.
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakat menganut agama yang sama, yaitu dengan keanggotaan mereka dalam masyarakat, dalam kelompok keagamaan adalah sama.
2.    Masyarakat-masyarakat pra-industri yang sedang berkembang.
Keadaan masyarakat tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi yang lebih tinggi daripada tipe pertama. Agama memberikan arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tipe masyarakat ini dan fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu.
3.    Masyarakat-masyarakat industri sekular.
Masyarakat industri mencirikan dinamika dan teknologi semakin berpengaruh terhadap semua aspek dalam kehidupan, sebagian besar penyesuaian-penyesuaian terhadap alam fisik, tetapi yang penting adalah penyesuaian-penyesuaian dalam hubungan kemanusiaan itu sendiri. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempunyai konsekuensi penting bagi agama, Salah satu akibatnya adalah anggota masyarakat semakin terbiasa menggunakan metode empiris berdasarkan penalaran dan efisiensi dalam menanggapi masalah kemanusiaan, sehingga lingkungan yang bersifat sekular semakin meluas. Watak masyarakat sekular menurut Roland Robertson (1984), tidak terlalu memberikan tanggapan langsung terhadap agama. Misalnya pemikiran agama, praktek agama, dan kebiasaan-kebiasaan agama peranannya sedikit.

b)      Jelaskan Tentang Perkembangan Agama
Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Agama begitu universal, permanan, dan mengatur dalam kehidupan sehingga bila tidak memahami agama, akan sukar memahami masyarakat. Hal yang perlu dijawab dalam memahami lembaga agama adalah apa dan mengapa agama ada, unsur-unsur dan bentuknya serta fungsi dan struktur agama. Contohnya adalah MUI.

3.Agama , Konflik, dan Masyarakat
a)      Berikan Contoh-Contoh Konflik Agama dalam Masyarakat dan Berikan Solusi Untuk Mennanggapi Konflik Tersebut.
1.    Tahun 1996, 5 gereja dibakar oleh 10,000 massa di Situbondo, karena adanya konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman dalam masyarakat.
2.    Adanya bentrok di kampus Sekolah Tinggi Theologi Injil Arastamar (SETIA) dengan masyarakat setempat hanya karena kesalahpahaman akibat kecurigaan masyarakat setempat terhadap salah seorang mahasiswa SETIA yang dituduh mencuri, dan ketika telah diusut Polisi tidak ditemukan bukti apapun. Ditambah lagi adanya preman provokator yang melempari masjid dan masuk ke asrama putri kampus tersebu, dan bisa ditebak, akhirnya meluas ke arah agama, ujung-ujungnya pemaksaan penutupan kampus tersebut oleh masyarakat sekitar secara anarkis.
3.    Perbedaan pendapat antar kelompok-kelompok Islam seperti FPI (Front Pembela Islam) dan Muhammadiyah.
4.    Perbedaan penetapan tanggal hari Idul Fitri, karena perbedaan cara pandang masing-masing umat.

Solusinya yaitu diadakannya mufakat untuk mencapai keputusan bersama. Sertaperlu ditingkatkan lagi pendidikan iman dan taqwa kepada para pelajaragar mereka mengerti. Ketika ada suatu masalah tidak main hakim sendiri tetapi di rundingkan secara kekeluargaan.

http://vandyaprillyan.blogspot.com/2012/11/agama-dan-masyarakat.html
http://hana-torizawa.blogspot.com/2012/01/konflik-agama.html
http://alexanderapriando.blogspot.com/2012/01/agama-dan-masyarakat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar